My Journey 2

Aku menulis ini berdasarkan kisah nyata yang aku alami dengan almarhum Guru Spiritualku dulu, yang merupakan seorang Bhiksu aliran Buddha Mahayana. Dan ini hanya sebagai pengingat bagiku dan bagi orang-orang yang tertarik membaca tulisanku. Semoga kita semua dapat memetik pelajaran di dalamnya....

 Pernah suatu ketika, Aku membawa Guruku untuk mendoakan orang yang baru saja meninggal tadi subuh. Beliau adalah Almarhumah Nenek yang berusia 90 tahun lebih.

Begitu pagar pintu dibuka, aku melihat sebuah rumah yang besar dengan halaman rumah yang luas pula. Kedatangan kami di sambut oleh anak-anak, cucu dan cicit beliau.

Begitu masuk ke dalam rumah, aku mencium bau busuk yang teramat sangat…. Dan aku melihat, orang-orang lebih memilih duduk di teras daripada di dalam rumah. Tampaknya semua orang tidak nyaman karenanya.

Tanpa banyak basa basi, Guruku mulai memimpin untuk mendoakan Almarhumah.

Setelah selesai berdoa, kami semua juga dipersilahkan duduk di teras. Awalnya aku berpikir, adanya masalah pada saluran pembuangan di rumah tersebut.

Namun aku melihat, anak-anak dan cucu almarhumah sibuk menuangkan berbotol-botol parfum ke jenazah tersebut, bahkan dibawah peti jenazah di letakkan 1 balok besar es batu. “Apakah Jenazahnya nga di formalin?” kataku Sambil bergumam. Guruku yang kebetulan duduk di sebelahku menjawab, “Coba kamu ke sana melihat kondisi jenazah tersebut.”

Aku pun berjalan ke peti jenazah kemudian Aku sedikit membungkuk sambil menahan nafas untuk melihat kondisi jenazah.

Aku melihat tubuh jenazah yang telah di tutupi dengan berlapis-lapis kain. Dan kain-kain tersebut sangat-sangat basah. Wajah jenazah juga basah. Aku juga melihat air menetes keluar dari sela-sela peti jenazah.

Aku pun berbalik keluar dan melaporkan hal tersebut kepada Guruku…

Guruku menjawab,”Semasa hidup, almarhumah rajin ke tempat ibadah. Namun di tempat ibadah, almarhumah bukan beribadah namun bergosip menjelek-jelekkan orang lain serta membuat orang-orang bertengkar. Ketika Almarhumah menikah dengan suaminya, dia menyiksa mertuanya. Almarhumah pernah melemparkan asbak ke wajah mertuanya sehingga mertuanya menjadi buta. Kemudian Almarhumah sengaja tidak memberi makan mertuanya agar mertuanya meninggal. Almarhumah juga mengusir semua saudara-saudari suaminya, agar Almarhumah dapat menguasai rumah keluarga suaminya, padahal rumah ini besar.”

Aku terdiam mendengar perkataan Guruku…

“Karena rajin ke tempat ibadah, Almarhumah panjang umur, namun Jangan lupa bahwa Mertua itu sama saja dengan orang tuamu sendiri, jadi akibat Almarhumah membuat mertuanya menjadi buta maka Almarhumah buta juga dalam 20tahun terakhir sisa hidupnya. Kemudian 10 tahun terakhir hidupnya, Almarhumah hanya bisa terbaring di tempat tidur, sehingga tubuhnya mengalami luka-luka, bahkan di tubuh belakangnya ada luka lubang yang cukup besar, akibat suka mengadu domba Almarhumah menjadi tidak bisa berbicara, bahkan tidak mengenal siapa pun . Akibat Almarhumah membiarkan mertuanya meninggal kelaparan, maka Pada 3 tahun sisa hidupnya, Almarhumah juga tidak bisa makan.”kata Guruku.

“Jenazah yang terus menerus mengeluarkan air dan mengeluarkan aroma busuk adalah salah satu tanda bahwa semasa hidup, Beliau banyak berbuat dosa/karma buruk. Walau jenazah telah di suntikkan formalin sekalipun tetap tidak dapat menutupinya. Namun bila seseorang banyak berbuat kebajikan, sekalipun jenazah tidak diformalin, tetap tidak akan mengeluarkan aroma busuk. Bagaikan dupa yang mengeluarkan aroma sampai akhirnya habis terbakar menyisakan batang kayu, demikian juga Jenazah tetap akan mengalami pembusukan menyisakan tulang belulang. Namun aromanya sesuai dengan perbuatan Almarhum/Almarhumah semasa hidup. Inilah sebabnya mengapa umat Buddhist berdoa menggunakan dupa. Agar kita selalu mengingat tentang proses pelapukan pada tubuh ini”, Lanjut Guruku.

“Ini semua baru hanya sebagian kecil perbuatan Almarhumah, dari sini kamu bisa melihat sendiri bagaimana adilnya hukum Tabur Tuai yang berlaku untuk semua orang, tidak peduli siapakah dirimu. Bila kamu tidak percaya, kamu bisa bertanya ke Cucu Almarhumah. Bukankah salah satu Cucunya adalah teman baikmu?” ,Kata Guruku.

Kebetulan Cucu Almarhumah yang merupakan sahabatku, datang menghampiriku. Aku pun bertanya padanya dan ternyata apa yang Guruku katakan semuanya benar adanya.

Aku juga bertanya kepada temanku, sudahkah jenazah Almarhumah di formalin? Dan temanku menjawab SUDAH…

Temanku juga mengatakan bahwa keluarganya ingin menguburkan jenazah Almarhumah siang itu juga, karena sudah tidak sanggup mencium aroma busuk yang makin menyengat.

Guruku hanya tersenyum dan berkata,”sudahkah kamu memastikan bahwa hari ini, hari yang baik untuk penguburan?”

Namun temanku dan keluarganya berkeras untuk menguburkan jenazah Almarhumah pada hari itu juga, meski mereka tau bahwa hari itu sangat buruk.

Sesaat sebelum memberangkatkan jenazah ke kuburan, Temanku sibuk mencari palu. Aku pun bertanya, ada apa? Temanku mengatakan bahwa tukang tutup peti, berhalangan datang. Jadi dia mencari palu agar dia sendiri dapat memaku peti jenazah Neneknya. Mereka berharap, dengan peti ditutup dapat mengurangi bau. Namun setelah peti di tutup, bau tetap tercium di sekeliling rumah….

Akhirnya siang itu juga, jenazah dibawa ke tempat peristirahatan yang terakhir……

Satu minggu kemudian, temanku bercerita bahwa salah satu pamannya yang merupakan Anak Almarhumah meninggal, padahal pamannya tidak menderita penyakit apa pun. Kemudian pada minggu berikutnya lagi, keponakan temanku yang masih anak-anak meninggal juga….

Guruku mengatakan padaku bahwa,”ini mungkin terdengar seperti dongeng tapi ingatlah bila hendak melakukan penguburan, alangkah baiknya untuk melihat hari baik dan waktu yang baik. Memang jenazah yang akan dikuburkan sudah meninggal dan tidak mungkin hidup kembali. Namun melakukan penguburan pada hari yang baik adalah demi kebaikan keluarga yang ditinggalkan. Bukankah semua orang ingin baik ?”

Orang bisa bersandiwara dengan membangun image yang sedemikian rupa, namun bila orang tersebut menelantarkan/menyiksa orang tuanya, maka semua pintu surga (baik itu surga di dunia maupun di akhirat) pasti tertutup untuknya.

Orang bisa bersandiwara dengan membangun image yang sedemikian rupa, namun ketika kamu digiring “ke hadapan” hukum Tabur Tuaimu, kamu tidak bisa lari ataupun bersembunyi…

Komentar