禪 - Zen

Today, i talk with a guy.We talk about how to manage my emotions.
And He teach me how to meditation.
He said," cobalah meditasi, perhatikan nafas yang masuk dan keluar. Jika ada pikiran marah atau bentuk-bentuk pikiran lain yang muncul, just let it go and let it flow."
And i reply,"I meditate every day, and so far i know that helping. But is it enough? I think maybe not for me. Sometimes, so many problems in my head. And that's  bother me when i meditate so i quit."
And he asked,"How long you meditate?"
I said,"Only 15 minutes a day."
He laugh and said,"i'm meditate at least 1 hour a day"
I reply," hah???? saya bisa tertidur, kalau begitu lama."
That man answer me,"No,you will not sleep.Believe me.Intinya sadari semua fenomena yang muncul, termasuk perasaan ngantuk. Intinya harus sadar dan tetap sadar,even you close your eyes, kau harus tetap sadar."
Mmmm.....this conversation reminds me to ZEN....

Salah satu aliran Buddha yang pernah aku pelajari dan aku cukup jatuh cinta. Aliran ini, cukup sulit dan cukup rumit, tapi sebenarnya mudah dan simple.
Zen menuntut pengalaman langsung - bukan hasil pemikiran teori atau hasil menjalankan suatu ritual tertentu. Satu-satunya ' iman ' yang dituntut dari seorang praktisi Zen adalah keyakinannya pada pencerahan Siddharta !
Meditasi harus dijalani dengan tubuh ini - bukan dengan pikiran atau yang lain.
Seorang Master Zen pernah mengatakan : ' Dalam tubuh yang tak lebih dari dua meter inilah - seseorang dengan ketekunan akan menemukan Buddha ! '
Zen tidak bertujuan pada pencapaian Jhana. Ajaran Zen sangat menekan pada aspek meditasi atau samadhi.
Satu hal yang menyebabkan mengapa Zen amat sulit bagi kebanyakan orang adalah karena Zen menuntut kita untuk menjadi sederhana.
Dunia modern dengan segala corak kehidupan masyarakatnya yang khusus, pendidikan modern yang selalu menuntut kita untuk berpikir hitam putih dan menganalisa segala sesuatu - telah menyebabkan kita secara tanpa sadar menjadi rumit , menjadi kompleks.
Zen mengajar kita untuk tidak menjadi ekstrim dalam hal apa pun.Latihan Zen yang keras dengan laku disiplin yang tinggi bukanlah untuk mengarahkan kita menjadi keras. Sebaliknya - latihan ini dimaksudkan agar kita dapat mencapai suatu kondisi mental yang teguh, tidak mudah goyah dan tidak mudah terjebak ke satu ekstrim - dari ekstrim yang satu ke ekstrim yang lain. Agar kita dapat selalu berada dalam kesadaran mental yang seimbang - menjalani hidup yang tak tergoyahkan oleh hedonisme atau pun pelarian dari dunia.
Ada orang yang terus hidup sangat duniawi - ada yang lain yang seolah melarikan diri dari dunia dan mungkin dengan demikian mengira bahwa ia telah hidup di rancah spiritual. Zen mengajar kita untuk tidak terjebak dalam pemikiran dualisme hitam putih. Bagaimana pun kita hidup di dunia dan sampai tahap tertentu harus menjalani kehidupan dunia. Tetapi segi spiritual, segi batin - amatlah penting untuk peningkatan evolusi jiwa manusia dan kita tidak boleh terjebak dalam maya - ilusi dunia.
Dualisme adalah produk dari pikiran - Zen berupaya untuk mengembalikan kita pada hakikat kesatuan dari segala sesuatu dan men-sintesa-kan keseluruhan dari kita ke suatu kondisi yang seimbang.
Ke suatu kesadaran yang seharusnya normal-normal dan biasa saja. Masalahnya adalah bahwa apa yang seharusnya biasa telah menjadi tidak biasa bagi sebagian besar manusia karena pikiran kita yang telah dipenuhi oleh konsep-konsep, analisa pemikiran dan lain sebagainya. 
Kesadaran Hishiryo ini akan mengarahkan kita untuk mencari harmoni dengan apa yang ada di sekitar kita : alam , manusia dan makhluk lain - dan terutama juga dengan ' diri ' kita sendiri. Kesadaran ini akan membebaskan kita dari segala sesuatu yang hanya mengacu pada ' aku ' , pada ' diriku ' - tetapi akan membawa kita ke suatu wawasan yang jauh lebih luas - yang pada akhirnya dengan ketekunan akan mengantar kita pada tingkat kesadaran tertinggi : Kesadaran Murni, Kesadaran Kosmis, Kesadaran No - Mind , Shunyata - Pencerahan Total.

Berikut adalah salah satu kisah Zen favorit saya, cerita tentang salah satu kaisar  Yunani yang terkenal yaitu
Kisah Alexander Agung dan Pertapa India seperti ditulis Anand Krishna dalam bukunya yang berjudul Telaga pencerahan di Tengah Gurun Kehidupan - berkisah tentang hal yang serupa. Latar belakang kisah ini adalah ketika Alexander Agung bermaksud meninggalkan India, salah satu tanah jajahannya pada waktu itu dan bermaksud pulang ke Yunani :

Setelah menaklukkan sebagian besar dunia, dalam keadaan capai dan sakit-sakitan Alexander memutuskan kembali ke Macedonia, di negeri Yunani, tanah leluhurnya. Dalam perjalanan pulang, ia teringat pesan seorang rohaniwan Yunani, ' Kelak kalau kau pulang, Alexander, ajaklah seorang rohaniwan India. Kita dapat belajar banyak darinya '.
Alexander pernah mendengar tentang seorang rohaniwan, seorang sanyasin - seorang pertapa yang tinggal di tengah hutan. Kebetulan ia akan melewati hutan itu. Ia mencari alamat sangsanyasin.
Berteduh di bawah pohon beringin yang lebat, dari jauh ia melihat sang sanyasin dalam keadaan telanjang bulat. ( kebiasaan pertapa India waktu itu - catatan penulis ). Alexander mengutus seorang prajurit untuk memberitahu tentang keberadaannya, dan minta agar sangsanyasin mau datang menemuinya.
' Katakan pada Alexander bahwa aku tidak perlu kemana mana. Aku tidak membutuhkan apa pun. Apabila ia ingin bertemu denganku, silahkan ke sini. Tapi aku tidak akan kemana mana '.
Alexander bingung, kesal dan marah. Baru pertama kali ini ada orang yang begitu berani 'kurang-ajar' kepadanya. Tetapi ia menahan diri. Ia pernah mendengar bahwa para sanyasin, para pertapa memang agak aneh, kalau bukannya sinting. Alexander mendatangi sang sanyasin.
Sanyasin - aku Alexander, Alexander yang Agung '.
Sang Sanyasin tersenyum, ' Yang Agung ? Aku dengar engkau meninggalkan tanah leluhurmu untuk menaklukkan dunia '.
' Benar, itulah aku, Alexander yang Agung ! ' - memang agak arogan, tapi memang demikianlah seorang Alexander.
Sang Sanyasin mengangkat sedikit kepalanya, ' Katakan, Alexander, kamu memang Agung sejak dulu, atau menjadi Agung karena berhasil menaklukkan sebagian besar dunia ini ? '
' Apa maksudmu, Sanyasin ? ' Alexander tidak memahami persis apa yang dimaksud olehsanyasin.
' Begini, Alexander, kalau kau Agung sejak dulu, kau tidak akan bersusah-payah keliling dunia untuk menaklukkannya. Kalau memang begitu, berarti kau dulu tidak Agung. Dulu masih kekurangan sehingga kau keliling dunia untuk mengisi kekuranganmu itu. Kau menjadi Agung karena berhasil menaklukkan sebagian dunia. Bayangkan, Alexander, jikalau ada yang lebih berhasil dari mu, keagungan itu akan hilang juga. Nah, kau memang agung sejak dulu atau baru jadi Agung karena berhasil menaklukkan sebagian dunia ? '
Alexander menganggap pertanyaan itu sebagai sindiran. ' Dengarkan, Sanyasin, tidak pernah ada yang berani berbicara seperti itu kepadaku. Aku masih menghormatimu. Aku datang ke sini untuk mengundangmu, mengajak kamu ke Yunani, ke negara ku yang subur, sejahtera, damai. Segala kebutuhanmu akan kupenuhi. '
' Sayang, Alexander, kau terlambat puluhan tahun. Sekarang aku tidak membutuhkan sesuatu apa pun.Aku juga tidak perlu pergi kemana pun - jawab sang Sanyasin. '
Sanyasin, mungkin kau tidak tahu bahwa penolakanmu dapat berakibat fatal. Aku tidak akan segan-segan membunuhmu. Sadarkah bahwa engkau menolak seorang Alexander ? ' - rupanya Alexander benar-benar marah.
' Aku sadar, aku sedang menolak seorang pengemis - seorang yang tidak puas, tidak pernah merasa puas dan tidak merasa cukup dengan apa yang ia miliki sehingga ia harus menaklukkan dunia ini. Sadarkah kamu ,Alexander, bahwa keinginanmu untuk menaklukkan dunia ini timbul karena kamu tidak puas, tidak pernah puas dengan apa yang kamu miliki ? ' Kau kosong, hampa ! Dan kau ingin mengisi kekosongan dirimu, kehampaan jiwamu, dengan gelar ' Yang Dipertuan Agung '. Kau ingin mengisi kehampaan batinmu dengan kemenangan-kemenangan yang tidak berarti - suara sanyasin pelan, datar, tetapi jelas. Kata-kata itu telak menusuk jiwa Alexander '.
' Dan tentang ancamanmu Alexander - ketahuilah bahwa untuk itu pun kamu telah terlambat puluhan tahun. Yang dapat mati telah lama mati. Badan ini, ada atau tidak - sudah tidak menjadi persoalan lagi. Aku tidak pernah mati. Kembalilah, Alexander - pulanglah ke Yunani dan renungkanlah kata-kataku ini - kata sang Sanyasin menasihati. '
Alexander yang Agung menangis, mencucurkan airmata seperti seorang anak kecil. Sang Sanyasin memeluknya. ' Tenanglah, anakku, tenang. Berdamailah dengan dirimu, dalam jiwamu. Segala sesuatu yang kau cari itu berada dalam dirimu sendiri. Keagungan tidak datang dari luar. Keagungan berasal dari dalam dirimu sendiri. Kenalilah dirimu - temukan dirimu dan kau tidak akan membutuhkan sesuatu apa pun lagi dari luar. '


Berikut ada satu lagi cerita favorit saya tentang Zen.

Zaman dahulu kala, hiduplah seorang Master Zen. Ketika para muridnya bertanya, dia selalu punya jawaban atas pertanyaan murid-muridnya tersebut.
Karena ingin mengalahkan gurunya tersebut, salah seorang muridnya berusaha mencari sebuah pertanyaan yang tidak akan bisa dijawab oleh Si Guru. Hingga suatu hari, dalam perjalanan menuju sekolah, dia melihat seekor burung terluka karena jatuh dari sarangnya di atas pohon. Akhirnya dia mengangkat burung tersebut dan membawanya ke sekolah.
Ketika dia bertemu dengan Sang Master Zen, dia bertanya," Wahai Master, apakah Anda tahu burung di tangan saya ini hidup atau mati?"
Dia tersenyum dan sangat percaya diri karena berpikir Sang Master Zen tidak bisa menjawab pertanyaannya.
Namun dia sangat terkejut ketika Sang Master juga membalas dengan senyum dan menjawab," Muridku, jika aku menjawab burung tersebut hidup, maka kau akan meremas tanganmu dan burung itu akan mati. Maka aku akan salah. Tapi bila aku menjawab burung tersebut mati, maka kau akan mengendurkan genggamanmu dan melepaskan burung tersebut. Dan aku juga akan salah. Maka jawaban yang benar ada di tanganmu sendiri dan aku tidak bisa menjawabnya."

Sungguh sebuah jawaban yang bijak.

Terkadang masalah dalam kehidupan sangat rumit, sehingga tanpa sadar kita pun menyalahkan orang lain, menyalahkan takdir dan yang paling buruk adalah menyalahkan Tuhan.  
Padahal hidup dan takdir kita masing-masing ada di tangan kita masing-masing.
Orang tua Anda telah membesarkan Anda, menyekolahkan Anda, bahkan memberi Anda nutrisi yang cukup sehingga Anda dapat berpikir sendiri.
Anda bisa menjadi apa yang Anda inginkan dan tidak ada yang bisa melarang ketika Anda bertekad mewujudkannya bagi diri Anda.
Anda punya kekuatan untuk memilih apa yang Anda mau, karena Anda adalah arsitek kehidupan Anda sendiri.
Anda adalah kapten untuk jiwa dan tuan dari takdir Anda sendiri.
Dan Anda yang bertanggung jawab terhadap apa yang akan terjadi kepada Anda nanti, bukan orang lain.

So, MEDITASI, just relaxed and Berdamailah dengan dirimu, di dalam jiwamu. Karena Segala sesuatu yang kau cari itu berada dalam dirimu sendiri. Kenalilah dirimu - temukan dirimu. 

Meditasi, menyadari semua fenomena yang ada itu sebagai 'aku' tapi  bukan 'aku', Inilah inti ajaran Zen


Komentar